jaraknya
baru sekitar lima belas meter dari start, sekarang ini berada dipinggir melihat
pertandingan selesai tanpa dirinya. malu, malu, malu, harapannya putus begitu
saja. cepat ia berlari ke toilet mengganti baju, berharap orang di luar tak
menyadari itu dirinya. malu menyadari seorang anak sma tak mampu menyelesaikan
lima puluh meternya, bahkan anak tk yang ikut lomba di nomor lain mampu
menyelesaikan lima puluh meternya.
tangis ia
tahan, maaf yang terucap, rasanya seperti mempermalukan sekolah sendiri,
merusak kepercayaan orang-orang. peluk dari teman-temannya serta ucapan semoga
ia tak trauma akan hal itu dan tetap berjuang, mencoba menenangkan dan
menyenangkan hati yang kosong.
***
Latihan
tetap ia jalani, mengobati rasa traumatis yg membekas.
Setahun kemudian
kesempatan datang kembali, entah hanya sekedar untuk memperjuangkan- mebayar
rasa malu yang terukir atau membuat pencapaian terbaru.
Kali ini
sapaan lautan berlian kembali hadir. Ia meyakinkan segala keyakinannya,
mengubur memori lama yang menyesakkan. Wush-
kali ini renangnya begitu cepat melawan arus ombak yang timbul dari lawan
ataupun dinding kolam renang yang hendak menyapa balik. Ketika sampai ke bagian yang lebih dalam,
rasa sesak akan kejadian buruk tahun lalu kembali terngiang, dasar kolam yang
semakin kabur, memberi tekanan secara mental.
‘satu tekat
ku bulat kan’ ia penjamkan matanya sejenak dengan tetap terus mengulang gaya dada
untuk dua puluh lima meter berikutnya. Kepaknya melemah, nafasnya tersengal,
namun tak cukup perjuangan harus terhenti kembali untuk kedua kalinya.
Gerakkannya melambat tersusul perenanang lain. Tepakan tangan ditepi kolam, menanadakan ia
menyelesaikan lima puluh meter gaya dada-nya.
Nafasnya memburu,
mungkin ia bukan perenang terbaik. Posisi keempat menjadi miliknya, memang tak
ada pengakuan sebagai pemenang. Namun ia memang melawan dirinya sediri,
mencapai pencapaian terbaru dalam hidupnya.
***selesai***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar