Selasa, 21 Agustus 2012

mencoba (2)


jaraknya baru sekitar lima belas meter dari start, sekarang ini berada dipinggir melihat pertandingan selesai tanpa dirinya. malu, malu, malu, harapannya putus begitu saja. cepat ia berlari ke toilet mengganti baju, berharap orang di luar tak menyadari itu dirinya. malu menyadari seorang anak sma tak mampu menyelesaikan lima puluh meternya, bahkan anak tk yang ikut lomba di nomor lain mampu menyelesaikan lima puluh meternya.

tangis ia tahan, maaf yang terucap, rasanya seperti mempermalukan sekolah sendiri, merusak kepercayaan orang-orang. peluk dari teman-temannya serta ucapan semoga ia tak trauma akan hal itu dan tetap berjuang, mencoba menenangkan dan menyenangkan hati yang kosong.

***

Latihan tetap ia jalani, mengobati rasa traumatis yg membekas.

Setahun kemudian kesempatan datang kembali, entah hanya sekedar untuk memperjuangkan- mebayar rasa malu yang terukir atau membuat pencapaian terbaru.

Kali ini sapaan lautan berlian kembali hadir. Ia meyakinkan segala keyakinannya, mengubur memori lama yang menyesakkan. Wush- kali ini renangnya begitu cepat melawan arus ombak yang timbul dari lawan ataupun dinding kolam renang yang hendak menyapa balik. Ketika sampai ke bagian yang lebih dalam, rasa sesak akan kejadian buruk tahun lalu kembali terngiang, dasar kolam yang semakin kabur, memberi tekanan secara mental.

‘satu tekat ku bulat kan’ ia penjamkan matanya sejenak dengan tetap terus mengulang gaya dada untuk dua puluh lima meter berikutnya. Kepaknya melemah, nafasnya tersengal, namun tak cukup perjuangan harus terhenti kembali untuk kedua kalinya.

Gerakkannya melambat tersusul perenanang lain. Tepakan tangan ditepi kolam, menanadakan ia menyelesaikan lima puluh meter gaya dada-nya.

Nafasnya memburu, mungkin ia bukan perenang terbaik. Posisi keempat menjadi miliknya, memang tak ada pengakuan sebagai pemenang. Namun ia memang melawan dirinya sediri, mencapai pencapaian terbaru dalam hidupnya.





***selesai***