Sabtu, 14 Juli 2012

mencoba (1)



pejuang yang pemalu.



bertahun-tahun, ia akui suka sekali dengan olahraga air yang satu ini, kalian pasti tau, ya betul renang. olahraga yang sudah lazim ini, bahkan anak tk zaman sekarang pun sudah diajari. 

awalnya otodidak, hanya sekedar diajar kaka, gaya katak, gaya renang terfavoritnya. sungguh kenyataan menyenangkan ia masuk di sd, smp, bahkan sma yang peduli akan olahraga air ini. berharap suatu saat ia mungkin bisa jadi atelit renang indonesia. sungguh impian yang kosong, mengingat orang tuanya lebih suka ia berprestasi di bidang akademik.

takala puji dari guru olahraga datang, berkata seolah ia pernah mengikut semacam club renang, namun hanya senyum yang ia balas. 'ah aku hanya cinta olahraga ini' ujar dalam hati, walau senang atas pujian itu, tak sia-sia ia cinta olahraga ini.

biasanya ia hanya hanya ikut senang, melihat adik kelas, teman-temannya, atau kaka kelas jika ikut pertandingan. ingin ikut serta rasanya, namun apa daya ia hanya seorang anak biasa - bukan atelit - tak ada dasarnya - ibarat kata hanya anak kampung yang belajar renang di danau.

kesempatan yang dinanti pun datang. tak terpikir olehnya kalau guru olahraga sma mengajak ia mengikuti lomba renang, ia tak pernah merasa cukup akan kemampuannya, takut hanya malu atau kekecewaan yang datang.

minggu-minggu terlewati dengan jadwal latihan renang bersama empat orang temannya. sungguh lelah, baru kali itu olahraga air kesukaannya membuatnya begitu berkeringat. mondar mandir sisi kolam renang, dua puluh lima meter, dengan porsi latihan yang dibuat gurunya, ternyata membuatnya manja. apalagi ketika jarak yang ditempuh lima puluh meter, sungguh rasanya, ada takut yang besar yang menghantuinya dibelakang - ketika memasuki kolam yang lebih dalam. namun perjuangan tak boleh berhenti sampai disini, bukankah ini yang ia inginkan.

***

kolam renang olympic size menanti, airnya begitu jernih bahkan dasar kolam berwarna putih pun terlihat berkilau bak berlian. kolam renang yang tadinya biasa saja terlihat begitu menantang, seolah ada perlombaan kelas dunia yang dilaksanakan, walau memang tak sehabat kolam renang di gelora bung karno, ini hanya lomba tingkat kota.

rasanya campur aduk senang karena ini pertama kali, tertantang akan hawa peserta yang ini mencapai finish, gugup akan ramainya pendukung, dan rasa tak sabar berharap akan menjadi juara. semua peserta siap ditempat, dengan tangan yang seolah mencoba menggapai kaki. tiup peluit disambut sigap, riuh sorak pendukung tak terdengar, kini ia berada dalam air, mengikuti sebuah lomba renang, seperti mimpi. namun apa yang salah, ia sulit melihat kacamata renangnya lepas. 'hei ini baru diawal, apa yg harus aku lakukan, aku sulit melihat'. seolah hanya air yang menjawab semua, 'ayolah kau memang tak bisa melihatkan tanpa kacamata renang'.

rasanya pesimis ia coba bunuh, namun sulit. kini ia buta arah, ia mulai gelagapan, geraknya tak karuan. ia pun terhenti, memegang tali pembatas oranye yang berjajar lurus, menarik napas dalam seperti tak terkontrol. suara di sekitarnya campur aduk, ada yang berkata ia harus cepat menyusul, ada yang bilang kalau tidak kuat ke pinggir saja. finish di ujung kolam pun terasa menjauh, sepersekian detik ia terhenti, jarak antara ia dan peserta lain melebar. semua nampak seperti ilusi, menjauh, bergerak melambat, putus asa.








(to be continued)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar