Kamis, 01 Agustus 2013

Rumah Cimanggis

Sedikit banyak akan bercerita tentang tugas di semester empat kemarin, di mata kuliah heritage atau arsitektur pusaka (kalo di sistem informasi akademik - new generation sih dikasih namanya itu). Menurut aku mata kuliah ini jadi mata kuliah paling menarik di semester lalu. Singkatnya di mata kuliah ini kita mempelajari mengenai bangunan cagar budaya yang bisa dikategorikan ketika berusia diatas lima puluh tahun. Di kelas ini juga diajarin sama dosen-dosen yang oke banget Ir. Teguh Utomo Atmoko MURP atau akrab disapa pak Tiu, Dr Kemas Ridwan Kurniawan ST., M.Sc. atau pak Kemas, dan yang paling oke pak Han Awal Dipl,-Ing , sesuatu banget sih bisa diajar langsung sama beliau :)

Dalam rangka menyelesaikan mata kuliah ini kita diberi tugas akhir untuk mengambil salah satu bangunan yang berusia diatas lima puluh tahun yang dapat di kategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) jadi kita semacam mengajukan usulan bangunan cagar budaya dan pemanfaatannya. Bingung ya serunya dimana? hha tenang, tenang... tulisan ini tidak dirancang untuk membahas secara terlalu serius kok ...

Awal engga tau banget nih mau ambil bangunan apa buat tugas akhir kita .. serius-sumpah-deh .. soalnya kalau bisa bangunan yang kita ajukan belum terdaftar dalam bangunan cagar budaya .. nah kan ? nah loh ? gimana ceritanya bisa dapet usulan kalo rumah nya aja belum terdata, tapi tenang kawan ternyata saya menemukannya !!! berawal dari kepo bersama bapak google, tentunya keyword yang dimasukkan sangat variatif , bangunan bersajarah, bangunan tua, bangunan bersejarah depok (ceritanya mau cari di daerah depok, setelah tanya-tanya kesenior kalo di Depok banyak bangunan peninggalan zaman Belanda), bangunan belanda, gereja belanda, dan lain lain nya yang semakin random hha ...

and saya menemukannya ..
Rumah Cimanggis

hmm... seumur-umur dari gw lahir dan selalu besemayam di Depok, belom pernah denger nih .. itu rumah yang mana ya, info yang gw awal dapet ini bermula dari seseorang (blogger lain, yang maaf saya lupa nama blognya apa) yang napak tilas (napak tilas tuh semacam perjalan menyusuri masa lalu cailah *jangan percaya sih karangan gw doank ini artinya hha) berdasarkan buku yang tulis oleh Adolf Heuken yang berjudul Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Tentunya kepo dan terus mengkepo karna semakin penasaran, rumah ini berlokasi di Jl. Raya Bogor km 34 Komplek RRI RT 001/01 Cimanggis, Depok, dan setelah membaca sejumlah blog lain yang entah isinya sangat variatif *read:curhat pribadi* dan mencoba memvisualisasikannya dalam otak, 'nah gw tau nih lokasi persisnya dimana, tapi emang ada ya rumah yang gini yang kaya gini di daerah situ' sebelumnya gw udah pernah kok jalan kesitu beberapa sama temen gw tapi ga liat tuh rumahnya, konon rumah nya tergolong besar dan punya atap limas yang kalah besar dan tinggi. Rumah ini juga berperan dalam pembukaan hutan antara Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor), yang kita tahu kemudian sebagai jalan raya bogor. Info awal yang gw tau selain lokasi, jadi bangunan ini sekarang dimiliki oleh kantor RRI (Radio Republik Indoensia) setelah kemerdekaan Indonesia yang tentunya sebelumnya dimiliki oleh seseorang, seorang janda dari gubernur jendral VOC 1761-1775 yang bernama Albertus van der Parra. Secara informasi yang di dapat di dunia maya, yang terkadang dipertanyakan keabsahannya, bangunan ini memang terdaftar sebagai salah satu bangunan cagar budaya namun baru sekedar terdaftar, belum ada penggolonggan atau tindak lanjut untuk pemeliharaannya.

Ketika kita presentasi usulan bangunan untuk tugas akhir kita (jadi kita ngajuiin beberapa bangunan yang nanti ditentukan bersama dosen yang nama yang baik untuk jadi pembahasan di tugas akhir kita) bangunan kesatu ..... lewat .... bangaunana kedua ..... lewat ..... bangunan ketiga ..... nah ini nih, kalian yang ini aja *maksudnya rumah Cimanggis* terus gw dan teman-teman gw planga-plongo, 'pak serius pak yang ini ? duh', 'hah', 'masalahnya secara historical emang sih kayanya seru dicari tau, tapi masalahnya ini juga serem pak' *tentunya percakapan ini tidak terjadi dikelas* kalo kalian boleh google bahkan tempat ini pernah jadi tempat shooting scary job ._. heeeeya fine pak saya cuma mau ngerjain tugas bukan jadi pemburu hantu *lebai hha*. kata dosen gw yang kata temen gw denger karna gw ga denger dia bilang apa, 'abis kalian nunjukin harta kartun sih' *oh-well-oke-thanks-bapak*. Tentunya dengan syarat kita ngecek dulu apa bangunannya masi ada apa engga karna berdasarkan informasi yang ada bangunan ini dibangun tahun 1775-1778 yang artinya umurnya sudah mencapai 300 tahun apa ?  Apa?  APA??? iya 300 ga kepikirankan, jangan-jangan bangunan ini udah ga ada, udah roboh, udah jadi rumah lain, udah tinggal puing-puing, soalnya foto terakhir yang kita dapet dari internet juga tahun 2011 yang sekarang udah 2013 siapa yang tau apa yang terjadi.

Dimulai perjalan gw bersama gadisha (sebagai surveyor pertama yang mencari tahu kebedaraanya) langsung abis bubar kelas langsung jalan ... and well masih adaaaa

Foto dari halaman belakang (berhubung di depan banyak banget pohon jadi kurang keliatan bentuk rumahnya)

Bagian dalam rumah (karna atap rumah tinggal sepertiga bagian, jadi tumbuhlah bermacam-macam vegetasi, yang mendukung kerusakan bagunan. Atap rumahnya sendiri roboh ketika terjadi gempa pada tahun 2011)

Ukiran pada pintu ke halaman belakang. (Seharunya bentuk ukiran ini simetris sepeti pintu lainnya pada bangunan ini, namun sepertinya terjadi permasalahan dalam perngerjaannya sehingga ada bagian yang tak sama *kanan atas dgn kiri atas*)

gorgeous, isnt it ? :)

Secara ga langsung gw merasa terpukau dan sekaligus sedih, halooo ini bersejerah loh ya... punya nilai-nilai tangible dan intangible yang ga bisa tergantikan kalo hilang dan bisa dilihat sendiri kondisinya. Di satu sisi emang terhilat sangat bersejarah, antik, dan sebagainya... tapi coba lihat ia dalam masa kejayaannya.. hmm what r u see? what r u see?

Ehm, oke jaga emosi ahaha ... oh ya tentunya sebelum kita kesini, ya ngurus surat izin survey di TU , trus izin ke orang RRI nya, hmm maaf ya pak saya lupa nama bapak ._. kebetulan memang sebelum masuk kawasan komplek RRI sendiri kita akan melewati padang rumput hijau luas bak permadani bersamaan dengan diterpanya angin yang bertiup sepoi-sepoi *read: lapangan penuh tiang pemacar radio, ya... jadi emang ga pohon besar hha* disina juga ada kantor RRI yang bukan kantor, kantor, kantor pemancar radio -.-?*ah bingung. setalah kita minta izin kita ditemanin sama nenek *ah maaf lagi saya lupa namanya* nenek ini tinggal di rumah sederhana menghadap halaman belakang rumah Cimanggis ini juga, kebetulan beliau sempat tinggal di rumah itu. Memang setelah kemerdekaan indonesia dan menjadi milik RRI rumah ini menjadi rumah tinggal sejumlah keluarga pegawai RRI yang berganti-ganti penghuni hingga tahun 2000. Kegiatan ini berdampak pada penambahan-penambahan bentuk rumah *cukup signifikan* untuk mendukung rumah itu sebagai tempat tinggal. *caaa caaaa sadar woy katanya ga mau serius" amat =.=?? | hha maaf biar keluar ilmunya lah, sekalian* Tapi setelah adanya komplek RRI sebagai fasilitas tempat tinggal untuk pegawai, rumah ini tidak digunakan kembali.

Singkat cerita kita kepo-kepo lucu ke neneknya ... kata neneknya rumah ini menag sering jadi tempat syuting film film horror ._. *alamak* bahkan yang lucunya kebanyakan adalah stasiun tv dari luar *well tau kan, luar negeri singapur malaysia and so on*, setelah menjelaskan siapa kita, dari mana kita, nenek ini juga bilang sempet ada mahasiswa dari Belanda yang datang kerumah ini dalam rangka menyelesaikan kuliah *mungkin sedang mengerjakan skripsi atau semacamnya* katanya dulu kakeknya sempat tinggal disini *wow*. Ada juga neneknya cerita waktu itu ada yang dateng ngambil gambar ehm foto maksudnya, tapi ga bilang neneknya, walhasil fotonya ada plus plus nya *if know what i mean* hha alamat parno duluan sebelum ngambil gambar .. 'nek tapi kita gapapakan ambil gamabar?' | 'gapapa kok kan udah bilang nenek, kalo yang disini *please 'disini' pake tanda kutip guys* udah kenal sama nenek' | 'oh .. iya nek ... masuk boleh?' | 'boleh kok tapi hati-hati ya atapnya udah roboh takutnya nanti kenapa-kenapa' | *palm face, nengok keatas, oke ada genteng ngegantung di ujung rangka atap yang udah patah*. Trus gw kepo juga nih tentang bunker yang konon ada di rumah itu *biasa boleh kepo internet tp guys ga boleh gampang percaya ya* usut punya usut kata nenek nya emang ada bunker *oh iya lupa bilang bunker itu ruang bawah tanah ya semacamnya* nenek sih ga pernah masuk ga tau juga apa isinya, tapi katanya bunker dari rumah cimanggis ini berujung di tanah, yang mana sekarang udah jadi perusahan yanmar, kemungkin besar memang sudah tak bisa di telusuri akibat adanya pembangung industri sepanjang raya bogor yang memungkin kerusakan bunker itu sendiri. Ih seru abis kalo masi bisa dilewatin, mungkin dulu bunkernya dipakai untuk jalur melarikan diri ketika perang ya ??

begitulah kunjungan pertama kita ...

Tentunya selanjutnya kita mencari data-data, mulai data fisik non fisik sejarah dll dst dsb, foto sana foto sini, ngukur *hhe ga sih cuma ditaksir aja* ya kali berasa rumahnya kecil. Gw sendiri kebanyakan nyari tentang sejarahnya. well kepo orang yang udah ga ada orang belanda jaman baheula malem-malem, bikin bulu kuduk gw merinding =.= please ngeliat foto yang diambil waktu hari pertama pas bikin slide presentasi aja udah bisa bikin imajenasi otak gw terlalu kreatif. Oh iya jujur aja nyari data hal-hal sejarah semacam ini di indonesia sangat susah, apa lagi yang literatur, jadi kebanyakan data memang diambil melalui media dunia maya .. sejauh yang gw tau buku yang ngebahas rumah ini yang buku yang udah gw pernah bilang tadi Adolf Heuken, Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta itu pun cuma dua halaman.

Jujur aja nyari data tentang sejarha pemilik itu biki gw berasa detektif yang sedang memecahkan kasus *hasik* jadi ternyata pemilik rumah ini bernama Adriana Johanna bake janda dari Petrus Albetus van der Parra (salah satu gubernur jendral VOC), konon katanya wanita in memang kaya raya. Adriana sendiri merupakan seseorang keturunan Belanda yang lahir di Ambon, sebelumnya ia menikah dengan Anthonji Guldenarm seorang VOC commander, namun pada pernikahan ini ia tidak memiliki seorang anak. Setelah kematian dari ayahnya Adriana dan Anthonji berpindah ke batavia (1743), namun pada 2 Februari 1743 Anthonji meninggal di Batavia. Kemudian tanggal 11 Juni 1743 ia menikah dengan Petrus Albertus van der Parra *yg ternyata ini juga pernikahan kedua bagi van der Parra, gosip abis*. Setelah kematian van der Parra 1775, rumah Cimanggis dibangun oleh David J. Smith. Berdasarkan hasil telaah gw pembangunan rumah cimanggis memang karna kepergian dari suaminya, berdasarkan data yg gw sendiri blm validasi lagi, sebelumnya mereka di tinggal di Welverden *kalo ga salah eja* salah satu nama kota di Batavia, di sebuah rumah yang memang entah mengapa secara bergantian pemiliknya mengikuti guberner VOC yang juga ikut berganti. David Smith sendiri masih memiliki hubungan darah dengan Adriana, jadi mereka adalah sepupu yang mana memiliki kakek yang sama dari nenek yang berbeda *coba di telaah aja ya ahaha*. Pada pernikahan kedua ini ia memiliki seorang anak bernama Peter Albertus van der Parra de jonge (yang lahir di tahun 1760). Pada 18 Februarui 1787 Adriana meninggal dunia, yang kemudian rumah cimanggis ini diwariskan kedapa Smith.

Sebenernya udah nyoba banget nyari foto dari Adriana Johanna Bake tapi sayang ga dapet, ini aja udah bersyukur bisa tau nama istrinya van der Parra yang dimaksud di buku siapa. Agak kaget ternyata data mereka (profil singkat) banyak gw temukan di situs online tentang pohon keluarga *its a good idea huh?* boleh cerita, di salah satu situs semacam.. ada penggolongan gitu, jadi kalo Adriana sendiri, memiliki keluarga yang tersebar di seluruh dunia, lintas negara ????

Kembali bercerita tentang rumah Cimanggis kita menemukan foto di tahun 1930 dari situs yang direkomendasikan dosen gw.

Tentu aja keywordnya pake bahasa belanda 'Landhuis Tjimanggis bij Buitenzorg' *yasik gw bisa ngomong belanda*

Lonceng (kurang ngerti juga sih fungsi loncengnya apa dan lokasinya di sebelah mana rumahnya,
soalnya sekarang udah ga ada)

 Jalan menuju rumah Cimanggis

 Bagian depan rumah Cimanggis
 
Serambi Depan (cirinya tuh ada pilar kembar)

 
 Aula indoor pertama

Jalan masuk di dalam rumah 

oh iya nama situsnya kitlv.pictura-dp.nl recommended :) kalo mau cari gambar-gambar zaman dahulu, mungkin karena sejarah Belanda ada juga yang di tanah Indonesia jadi ada dokumentasi tentang rumah ini.

Oh iya ini ada link hasil laporan kelompok gw, maaf sebelumnya tidak ada daftar pustakanya =.= *jadi merasa bersalah buat orang-orang yang datanya diolah kembali* maaf dan terima kasih :))


ada foto-foto yang lengkap sih di situ dan hasil pemikiran kita sekelompok, semoga bermanfaat :)

dank u
bye alle
....
...
..
.

3 komentar:

  1. keren! gara2 petisi di change.org jadi mampir kesini dan download laporan kalian. sukses! :)

    BalasHapus
  2. Sebaiknya bila mau dilampirkan sebagai petisi, artikel tentang rumah cimanggis ini dipersingkat dan dirapihkan. Yaa, mirip artikel berita yang jelas-ringkas-padu kira-kira. Format diatas masih muter-muter (memang ditujukan buat diary blog).

    Anyway, saya amat mendukung petisi di change.org. Ayo jaga warisan budaya!

    BalasHapus
  3. koreksi dikit, yg bener Weltevreden. yg mana sekarang namanya ( CMIIW ) Menteng. yg menarik justru sejarah Cimanggis nya sendiri itu kapan berdirinya, apakah lebih dahulu ada daripada rumah cimanggis atau diberi nama cimanggis setelah rumah ini dibangun.dan juga ga bisa lepas dari sejarahnya pasar cisalak. tapi untuk bukti otentiknya, ada peta cimanggis tahun 1900 dapetnya dari kitlv.pictura-dp.nl

    BalasHapus